Sabtu, 07 Mei 2011

Kisah Perjuangan Seorang Ibu

      Menceritakan tentang ibu pasti tidak ada akhirnya, seperti kasih sayangnya selama ini terhadapku. Menceritakan sosok seorang ibu pasti bisa membuat kita menangis, tersenyum dan tertawa, dan menceritakan tentang ibu seperti sekarang ini juga akan membuatku menangis. Ibu adalah wanita yang sangat berharga dalam hidupku.

        Di cerita ini, ingin aku menggungkapkan kata terima kasih kepada dirinya. Kata yang selama ini memang selalu pantas kuberikan padanya atas semua penggorbanannya untukku.

        Aku masih ingat kejadian yang takkan terlupakan olehku, saat itu aku masih berumur 6 tahun. Pada saat itu aku adalah sosok anak yang sangat nakal, setiap hari aku selalu bermain sepak bola dan setiap hari pula aku selalu merusak tanaman tetangga di dekat rumahku. Hampir setiap hari ibuku selalu dimarahi oleh tetanggaku karena kelakuanku yang sangat nakal.

        Saat pulang kerumah ibu hanya berkata padaku sambil mengusap – usap kepalaku “ tidak apa – apa dek, kamu memang masih kecil, wajar kalau kamu melakukan kesalahan. Jangan di ulangi lagi ya dek .“ Waktu mendengar kata – kata itu, aku selalu menagis, beliau tidak pernah memarahiku walaupun aku melakukan perbuatan yang akan membuatnya dihina oleh banyak orang.

        Setiap malam tiba,

ia selalu berdoa agar aku menjadi anak yang rajin dan penurut. Doa – doa selalu terlontar dari mulut manisnya disetiap aku ingin tidur.

        Pada saat usiaku menginjak 8 tahun, hatiku mulai tergerak untuk bisa mulai membuat ibuku bahagia. Aku belajar dengan tekun dan mulai bersikap sopan pada semua orang. Hasilnya aku yang semula adalah murid yang sangat diincar guru, sekarang bisa menjadi siswa yang pandai dengan menduduki ranking 4 besar se-Sdku dulu.

        Saat ibu mendengar kabar itu, lalu ibu kembali menangis. Aku pun menjadi bingung dan aku bertanya kepada ibuku “ Bu, kenapa ibu menangis ? apa aku membuat ibu terluka lagi ? maafkan aku bu ... ? beberapa saat kemudian, lalu ibu menjawab “ Tidak dek, Ibu tidak menangis, Ibu hanya terharu karena melihat perjuanganmu ingin membahagiakan Ibumu yang sudah tua ini, Ibu senang sekali dan sangat bangga padamu.” Saat itu aku tidak kuat menahan air mataku yang memaksa untuk terus menetes lalu aku pun menangis di pelukan Ibu.

        Semakin lama aku semakin berubah menjadi lelaki dewasa, setiap hari – hariku selalu aku berusaha membuatnya bahagia. Jika Ibu tersenyum, bagaikan aku menemukan harta karun yang tak ternilai harganya sedangkan jika Ibu menagis, bagaikan aku mendapat bencana yang sangat besar. Oleh karena itu aku selalu berusaha membuat Ibu bahagia, bagaimana pun caranya.

        Sepeninggalan kakak pertamaku, aku semakin menjadi dewasa, aku semakin mengerti perjuangan yang dilakukan oleh Ibuku. Ibuku yang setiap harinya memasak, mencuci, dan membersihkan rumah, aku tidak bisa membayangkan betapa lelahnya tubuh Ibu. Aku selalu berusaha membantu dan terus membantu meringankan beban Ibuku. Aku selalu menyempatkan waktu untuk memijat kaki Ibuku, agar kaki beliau dapat terus sehat walaupun melakukan aktivitas yang berat.

        Sampai suatu saat aku melihat pengumuman lomba arasemen lagu tingkat kota dari majalah kakak perempuanku. Aku pun mencoba mengikutinya dengan kemampuanku yang apa adanya. Aku berniat jika aku dapat menjadi juara, maka aku akan membelikan kipas angin untuk kamar Ibuku karena kipas angin milik Ibuku sudah mulai rusak .

        Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai, aku dengan arasemen lagu “sepanjang jalan kenangan” yang aku ubah menjadi musik rege telah siap untuk tampil. Aku yakin pasti bisa menjadi juara dan membanggakan Ibuku. Aku pasti bisa ..... Aku mulai maju ke atas panggung dan mulai memainkan laguku . Perasaan tegang menyelimuti diriku, tapi demi Ibu pasti aku menang .

        Beberapa saat kemudian, hasil lomba dibacakan dan akhirnya aku bisa menjadi juara dan memenangkan uang tunai Rp.2.000.000,00 . Aku sangat senang dan aku langsung membelikan kipas angin untuk Ibuku.

        Ibu sangat senang menerima pemberian dariku, aku pun merasa senang karena dapat membuatnya senang. Pada saat malam aku dapat melihat Ibuku tidur dengan nyaman dan nyenyak dengan kipas angin dariku. Akhirnya aku dapat menjadi anak yang memang diingikan Ibuku. Sampai saat ini Ibu selalu menikmati angin dari kipas angin yang ku berikan dulu . Aku senang saat melihat Ibu senang.
        Nasehat – nasehat darinya akan selalu kuingat dan akan selalu kukenang sampai akhir hidupku .... Terima kasih Ibu .

1 komentar: